Selasa, 02 Oktober 2018

PENDIDIKAN GURU KELUARGA, MENYIAPKAN GENERASI PEJUANG

Oleh: Jemmy Ibnu Suardi (Peserta Kursus Pendidikan Guru Keluarga, INSISTS)

Sebuah hadits yang mengatakan bahwa setiap anak terlahir fitrah, bapak-ibunyalah yang membuatnya menjadi Majusi, Yahudi atau Nasrani. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi untuk orang dewasa sangatlah penting.
Dalam seminar sehari yang diadakan INSISTS, Dr. Adian Husaini menguraikan bahwa, problematika umat saat ini tidak lepas dari masalah pendidikan sekuler yang berkiblat ke Barat. Umat Islam mesti lebih melihat persoalan yang ada di dalam dirinya, bukan apa yang ada diluar dirinya.
Mendidik anak, apalagi mempersiapkannya menjadi generasi pejuang, memerlukan ilmu dan bukan sambil lalu. Konsep pendidikan Islam tidak lepas dari konsep dakwah Amr ma'ruf nahyi munkar. Karena dengan aktivitas amar makruf nahi munkar inilah Allah menjadikan umat Islam sebagai umat yang terbaik di muka bumi.
Pendidikan Islam bukanlah pabrik industri yang menghasilkan manusia-manusia robot berpikiran materialis yang tak bermakna. Orientasi pendidikan yang menjadikan lulusannya lebih bangga menjadi buruh atau karyawan sejatinya tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yang bertujuan untuk menghasilkan insan adabi.
Dr. Adian Husaini menyatakan bahwa, dalam membangun keluarga pejuang, setidaknya ada enam materi pokok yang mesti di kuasai untuk bekal agar orang tua dapat memainkan perannya sebagai "guru keluarga".
(1) Orang tua haruslah mengerti konsep Islamic Worldview, (2) Mengetahui konsep pendidikan anak, (3) Orang tua juga harus paham fiqhud dakwah, (4) Memahami Fikih keluarga sakinah, (5) Mengerti akan tantangan pemikiran Kontemporer, dan (6) Menguasai sejarah peradaban Islam.
Pakar Pendidikan Islam ini mengatakan, stigma yang terbayang tentang pendidikan adalah gedung sekolah, seragam, dan lain sebagainya yang terkait dengan sekolahan. Penyakit sekolahisme ini menjadi soalan yang tidak mudah. Padahal sekolah hanyalah salah satu instrumen dalam dunia pendidikan.
Ulama yang juga adalah anggota Pembina DDII ini, menjelaskan bahwa Konsep pendidikan dalam Islam mestilah melihat pada dasar kebutuhan, dalam arti konsep fardhu 'ain dan fardhu kifayah. Penanaman nilai dan kebaikan adalah tujuan utama dalam pendidikan. Bukan memproduksi manusia robot untuk pabrik.
Sebagaimana diterangkan oleh Prof. Syed Naquib Al Attas, “The purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man and individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a goodman… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab…”
Tujuan Pendidikan Islam itu adalah membentuk manusia yang beradab (insan adaby). Menjadi “Orang baik” atau good man, bisa dikatakan sebagai manusia yang memiliki berbagai nilai keutamaan dalam dirinya. Dengan berpijak kepada konsep adab dalam Islam, maka “manusia yang baik” atau “manusia yang beradab”, adalah manusia yang mengenal Tuhannya, mengenal dan mencintai Nabinya, menjadikan Nabi SAW sebagai uswah hasanah, menghormati para ulama sebagai pewaris Nabi, memahami dan meletakkan ilmu pada tempat yang terhormat.

Jakarta, 30 September 2018
Seminar sehari INSISTS "Kiat menjadi Guru Keluarga"

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net