Senin, 19 Juni 2017

Taushiah Ramadhan Irwan Prayitno 24 Ramadhan 1438H Ujian Harta: Kaya & Miskin

Harta terlihat sebagai kesenangan dunia, yang sebagian besar manusia, cenderung kepadanya. Tapi, keberadaan harta itu, baik adanya (berlimpah), cukup, atau kekurangan juga menjadi ujian dan fitnah duniawi bagi manusia, tergantung bagaimana menyikapinya. Hal ini, secara jelas disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

Sesungguhnya setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.” (Riwayat Tirmidzi)

Jadi, ujian bagi manusia bukan hanya melalui kemiskinan, tapi kekayaan pun merupakan ujian.

Allah memperjelasnya dalam firmanNya

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Q.S. Al Fajr: 20)

Kecintaan kepada harta, kesibukan yang berlebihan dalam mengejarnya yang membuat kita memperhatikan yang lain, beribadah kepada Allah, beramal saleh kepada sesama manusia, bersedekah dan menginfakkannya di jalan yang Allah ridhai, akan membuat kita jauh dari rahmat dan berkah dari Allah.

Bagaimana tidak? Allah lah Yang Maha Pemberi Rezeki, tetapi manusia terlalu sibuk mengejar dan mengumpulkan rezeki, hingga melupakan hak bagi Yang Mengatur Rezeki. Lalu, mengapa ada orang yang lalai ataupun ingkar, malah memiliki rezeki yang berlimpah? Itulah ujian terbesar yang Allah turunkan kepadanya, yang biasa disebut istidraj.

Istidraj artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (Riwayat Ahmad)

Jadi, bagi anda yang saat ini memiliki harta berlebih, berbisnis selalu mudah menghasilkan uang, tetapi sebenarnya anda malas beribadah, gemar bermaksiat, lalai bersedekah, itulah tanda Allah sedang menjerumuskan anda ke dalam gelimang fitnah harta. Na'udzubillah min dzalik.

Bisa jadi, istidraj diberikan karena kita sudah tidak mempedulikan bagaimana dan darimanan sumber harta tersebut kita raih, apakah lewat cara yang halal dan haram.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الحَلاَلِ أَمْ مِنَ الحَرَامِ؟!

Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seorang tidak lagi peduli dengan apa yang dia dapatkan, apakah dari yang halal atau haram (Riwayat Bukhari)

Sabda beliau pula:

لا حَسَدَ إِلاّ في اثْنَتَيْنِ : رَجلٌ آتَاهُ الله مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُ منهُ آنَاءَ اللّيْلِ و آنَاءَ النّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ الله القُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللّيْلِ وَ آنَاءَ النّهَار . متفق عليه

Demikianlah harta dapat menjadi sebab seorang masuk syurga, namun juga bisa membuat seorang terjerumus ke dalam neraka jahannam.”

Lalu bagaimana bagi orang yang kekurangan harta. Apakah terkena fitnah harta? Ya, bisa jadi kemiskinan juga adalah ujian dan fitnah harta kepada kita. Manakala, kita lupa bersyukur kepada Allah, sering merutuk terhadap kondisi kekurangan yang ada, malas bekerja, dan menempuh jalan yang Allah benci untuk mencari solusinya.

Karena banyak atau sedikitnya rezeki yang Allah berikan kepada kita, itu adalah pemberian Allah yang sudah seharusnya kita syukuri. Semua itu titipan Allah, yang tidak layak kita ingkari. Mungkin saat itu Allah sedang menguji level keimanan kita, apakah kita tetap menjadi hamba yang shalih saat diuji dengan kekurangan, atau sebaliknya. Karena Allah lah Yang memahami kadar hati makhlukNya dalam mengelola harta. Bisa jadi, kita yang ditimpa kemiskinan, akan menjadi kufur nikmat jika diberi rezeki berlebih. Karena Allah sayang padanya, ia diberi ujian berupa kekurangan terlebih dahulu, dan akan menambahkan rezekinya, seiring naiknya kadar keimanan. Allah sudah atur kadar rezeki makhlukNya secara cukup, semoga kita mampu untuk memaknainya.

Firman Allah dalam Al Qur'an

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy Syura: 27)

Ibnu Katsir rahimahullah lantas menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba tersebut rezeki lebih dari yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 553)

Malah, bagi yang kekurangan harta, Allah sangat membanggakan orang yang tetap mengeluarkan sedekahnya, dan nilainya jauh lebih besar di hadapan Allah dari orang kaya yang bersedekah.

Dari Abu Hurairah dan ‘Abdullah bin Hubsyi Al Khots’ami, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya sedekah mana yang paling afdhol. Jawab beliau,
جَهْدُ الْمُقِلِّ

Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (Riwayat An Nasai, shahih)

Dalam riwayat lain disebutkan sebuah hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ قَالُوا وَكَيْفَ قَالَ كَانَ لِرَجُلٍ دِرْهَمَانِ تَصَدَّقَ بِأَحَدِهِمَا وَانْطَلَقَ رَجُلٌ إِلَى عُرْضِ مَالِهِ فَأَخَذَ مِنْهُ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (Riwayat An Nasai)

Subhanallah, maka jadilah kita insan yang tetap dermawan, baik saat susah maupun senang, semata-mata agar mendapat keridhaan dari Allah. Ridha Allah adalah nikmat yang ternilai, walaupun dibandingkan dunia dan seisinya.

Firman Allah

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar (Q.S. Al Hadid: 7)

Wallahu a'lam bishshawaab
==============================
Materi ceramah ini bisa disimak di Youtube link:
https://youtu.be/PQzjyZuI7EU


0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net