Terlahir sebagai anak sulung, dengan kondisi kedua orang tua sering sakit-sakitan bukan hal mudah. Ibu mengidap diabetes dan ayah terkena darah tinggi sejak lama.
Hal ini memaksaku untuk berpikiran keras. Bagaimana melanjutkan kehidupan yang lebih baik lagi. Jika, keduanya kelak tiada? Sedangkan jalan di hadapan masih sangat panjang.
Namun, apa yang tersirat di kepala untuk bersekolah sampai perguruan tinggi, justru ditentang. Ibu kerap bilang, "Wanita itu ga perlu sekolah tinggi. Toh akhirnya harus balik ke dapur dan sumur juga."
Merasa kurang sependapat, aku pun mementahkannya. Dengan menjawab, "Walau kodrat wanita benar berada di dapur dan sumur. Setidaknya dengan bersekolah tinggi, kita bisa membantu perekonomian keluarga. Mungkin, sebagai pekerja atau memiliki usaha sendiri."
Entah karena ucapanku yang telah menyinggung perasaannya atau karena impian yang ketinggian, Ibu meradang.
Lalu berkata, "Suatu hari nanti, ketika kau dewasa akan menjadi orang sukses. Jadi ga perlu lagi nyelenuk di dapur dan di sumur."
Seingatku, saat itu ibu dalam keadaan benar-benar marah. Tapi, alhamdulillah ucapan yang terlontar masih dalam terkondisi baik. Inikah ucapan merupakan doa? Yang menjadi nyata.
Trimakasih, Ibu!
Palembang, 7 Oktober 2017.
#Ucapan_berpuluh_tahun_lalu
#Aku_dan_ibu
#Apa_kisahmu?
0 komentar:
Posting Komentar