Adakah Cacat pada Ibadah Kita?
Seorang tabi’in bernama Atha As-Salami mendatangi seorang penjual kain di pasar. Ia bermaksud menjual kain yang ditenunnya kepada penjual itu. Namun, sayang, kain miliknya ditolak karena terdapat cacat padanya. Lalu, Atha pun menangis.
Tentu saja si penjual kain merasa bersalah ketika melihat Atha mengalami kesedihan yang mendalam. Ia pun berubah pikiran dan memutuskan untuk membeli kain milik Atha dengan harga yang sesuai dengan kondisinya.
Namun, ternyata penjual kain itu salah menduga. Tangisan Atha itu bukan karena menemukan cacat pada kainnya. Ia menangis merenungi dirinya. Bagaimana jika ternyata amal ibadah yang selama bertahun-tahun dilakukannya bernasib seperti kain yang ditenunnya itu. Ada cacat padanya. Cacat di mata Allah yang Mahatahu segalanya.
Lalu, bagaimana dengan kualitas ibadah kita? Semoga apa yang kita lakukan tidak hanya mendulang lelah di dunia saja. Akan tetapi, harus mendulang ridha Allah dan rahmat-Nya kelak di akhirat.
“Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi temannya.” (HR. At-Tirmidzi)
“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab. Dan, berhiaslah (dengan amal saleh) untuk pagelaran agung (pada hari Kiamat kelak).” (HR. At-Tirmidzi)
By : Tasdiqul Qur'an
0 komentar:
Posting Komentar