Oleh: Yuyun Rumiwati
Sobat, akhir-akhir ini dunia remaja sedang diramaikan film Dilan. Cerita disadur dari Novel 1990. Sebagai muslim dan muslimah cerdas, tak layak bagi kita respon cepat dan mudah ikut-ikutan. Yup, berfikir sebelum berbuat. Ini film makin membawa kedekatan pada Alloh atau justru merangsang kemaksiatan pada Allaah?
.
Sobat, dari membaca resume Novel Dilan 1990. Tak ada yang mengagumkan dari novel tersebut. Cerita didominasi pacaran. Pendewaan nafsu dan maksiat atas nama cinta
.
Jika banyak yang bilang keunikan ada diromatisme Dilan. Justru disitulah rayuan maut syaitan membius iman. Kecerdasan yang ditampilkan hanya kamuflase dari kebodohan pemuda yang dangkal ajaran agama
.
Sobat, jadi gak perlu kita "kepincut bin ikut-ikut arus hura-hura film roman "picisan" ini. Banyak hal yang lebih penting kita kaji. Cukuplah viralnya film ini menjadi pelajaran tersendiri. Bahwa dunia remaja saat ini masih memilukan hati. Banyak yang belum menemukan jati diri. Sehingga mudah terpesona oleh gaya hidup yang tidak Islami. Kegelapan dunia remaja ini yang harus diterangi Islam sebagai ideologi
.
Sobat, pemuda idaman bukan yang ahli pacaran. Pemuda idaman bukan yang kreatif mengumbar maksiyat atas nama cinta dan sayang. Inilah jebakan syaithan. Agar pemuda Islam terlena dan lupa dunia perjuangan.
Sobat, yakinlah pemuda beriman ada yang faham tujuan mereka diciptakan. Pemuda yang dengan ikhlas dan taat pada aturan Islam. Dioptimalkan potensinya untuk mencintai Islam. Memperjuangkan Islam. Bukan meremehkan ajaran Islam, dengan gaya hidup pacaran seperti si Dilan
.
Sobat, sebagai bukti cinta kita pada teman yang lain. Yuk, kita ajak mereka cinta Islam dan mengkajinya. Agar tidak mudah terbawa gaya hidup bebas. Agar tidak terbawa tontonan sekuler sebagai tuntunan.
Mereka pemuda harapan umat dan agama.
0 komentar:
Posting Komentar