Selasa, 28 Maret 2017

Ayat Al-Qur'an selalu Relevan dengan Zaman

۩▬▬▬▬▬▬▬Renungan ▬▬▬▬▬۩
Bismillāhir-rahmānir-rahmanirrahim...

(Tadabbur QS. As-Sajdah : 1-3)

Penulis : Samsul Basri, S.Si, MEI
Sumber : Kajian Tafsir al-Hijri di Masjid al-Hijri I Air Mancur (Ahad, 26/3/17) yang disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MSc.

Allah Azza Wa Jalla Berfirman,

ألم. تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِين

Alif lam mim. Turunnya Al-Qur'an itu tidak ada keraguan padanya, (yaitu) dari Tuhan seluruh alam.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۚ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya.” Tidak, Al-Qur'an itu kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah didatangi orang yang memberi peringatan sebelum engkau; agar mereka mendapat petunjuk.

Hikmah dan Pelajaran :

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang memudahkan kita membaca, mengkaji dan mengambil hikmah serta pelajaran dari Al-Qur'an dari surat al Fatihah hingga surat yang ke -32 ini, surat assajadah. Semoga Al-Qur'an senantiasa kita jadikan sebagai manhajul hayah (jalan/kurikulum kehidupan), semoga kita senantiasa berinteraksi dengannya, dengan banyak membacanya dan mengambil petunjuk darinya, sebab kelak al-Qur'an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang selalu membacanya.

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِه

"Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti."(HR. Muslim)

Selalu mempelajari dan membaca al-Qur'an merupakan karunia Allah Ar-Rahman kepada hamba-hamba-Nya. Perhatikanlah surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ * الرَّحْمَٰنُ * عَلَّمَ الْقُرْآن

(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.

Allah mengawali surat ar-Rahman dengan sifat-Nya Ar-Rahman kemudian selanjutnya Allah mengabarkan bahwa Dia telah mengajarkan al Qur'an. Hal ini menjadi dasar dan dalil yang kuat bahwa Al-Qur'an sebaik-baik karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bisa membaca dan mengambil pelajaran dari al-Qur'an adalah sebaik-baik nikmat Allah di dunia yang harus disyukuri.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah (Islam) dan rahmat-Nya (al-Qur'an), hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)

Diantara keutamaan surat as-Sajadah Nabi saw senantiasa merutinkan membacanya di rakaat pertama shalat subuh di hari Jum'at, dan pada rakaat keduanya membaca surat Al-Insan.  Dikatakan surat as-sajadah karena pada ayat ke-15 berisi perintah untuk sujud. Sehingga disunnahkan surat ini dibaca pada jumat subuh disertai sujud pada ayat ke-15. Kandungan makna pada dua surat tersebut menekankan pentingnya ketawadhuan seorang hamba, agar tidak sombong dan takabbur.

Di beberapa negara tetangga, seperti Singapura, Malaisya dan Brunai, dihidupkan sunnah ini, yaitu membaca dua surat tersebut pada hari jumat di shalat subuh. Kita pun mengharapkan dan menganjurkan kepada masjid-masjid di Indonesia untuk bisa menghidupkan sunnah ini. Dan karena itulah pentingnya di setiap masjid menghadirkan imam pada shalah jahriyah, imam yang hafidzh atau yang banyak hafalan, agar para jamaah tertarik memakmurkan masjid, dan merasa kesejukan mendengarkan bacaan-bacaan imam dengan bacaan yang baik dan dengan suara yang merdu. dan tidak mengapa, kepada imam-imam seperti ini diberi upah, diambil dari iuran jamaah, atau dari kas masjid. Sebab selayaknya yang menjadi imam itu adalah yang paling baik bacaan Qur'annya, kemudian yang paling lebih dahulu mempelajari dan mengamalkan Islam, baru kemudian yang paling tua. Nabi saw bersabda :

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَأَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً فَإِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانَ هِجْرَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمْ سِنًّا

Orang yang menjadi imam suatu kaum adalah orang yang menguasai dalam membaca kitab Allah Ta'ala, dan orang yang lebih mula-mula membacanya. Jika bacaannya sama, maka setelahnya adalah yang lebih dulu hijrah. Jika hijrahnya bersamaan adalah lebih tua. (HR. Imam Ahmad)

Pada awal surat as-Sajadah ini ada tiga hal penting yang dijelaskan oleh Allah :

Pertama, al-Qur'an adalah mukjizat Allah, sebagai bukti kemukjizatannya adalah diawalinya beberapa surat dengan huruf atau kata yang tidak pernah didengar oleh bangsa Arab. Kata yang tersusun dari huruf-huruf al-muqatta'ah (yang terputus-putus), yang artinya _Allahu a'lam bimuraajihi_ (Hanya Allah yang Maha Tahu makna yang terkandung padanya). Misalnya pada surat ini diawali dengan _"alif laam miim"._

Kedua, al-Qur'an berisi ajaran yang sempurna, berlaku universal sejak diturunkan hingga hari kiamat, sebaba diturunkan oleh Allah dzat yang Maha sempurna, yang Maha berilmu atas sehala sesuatu. Karena itu alangkah naifnya, jika ada seseorang yang dipanggil ustadz, da'i atau bahkan Kyai namun mengatakan beberapa ayat dari a-Qur'an telah expired, sudah tidak relevan dengan zaman. Perlu dikaji ulang dan mesti dipahami berdasarkan konteksnya saja. Dan hal inilah yang dilakukan oleh kaum munafiqin yang berusaha mencari dalil dan sejumlah hujjah untuk memenangkan kaum kafir sebagai pemimpin. Bahwa larangan mengangkat orang kafir sebagai auliyai (pemimpin) sebagaimana di surat alMaidah ayat 51 sudah tidak relevan dengan kondisi Indonesia yang sifatnya majemuk, beragam suku, bahasa dan agama. Bahkan diantara mereka memaksakan makna auliyaai pada surat almaidah ayat 51 itu bukan pemimpin dan tidak boleh diartikan sebagai pemimpin.  Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang dipaksakan demi kepentingan dunia dan kesenangan pihak kafirin.  Tidak salah jika ada istilah yang ditujukan pada mereka, Aqiidatuhu wa iimaamuhu fii madzhruufi (Akidah dan imamnya ada di dalam amplop).

Betapa hidayah Iman dan petunjuk untuk konsisten di atas kebenaran begitu mahal, tak heran kita temukan pelajaran itu di surat Ali Imran ayat 7 yang isinya tentang orang-orang yang berakal, kaum ulul albab. Kemudian di ayat ke 8, mereka senantiasa berdoa, memohon kepada Allah agar hatinya tidak  dibuat condong pada kesesatan,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”(QS. Ali Imran : 8)

Sebab terkadang ilmu dan pengetahuan seseorang mengenai Islam bagus bahkan ahli, namun karena terdapat penyakit di hati berupa nifak, cinta dunia, riya, dusta atau yang lainnya menjadikan sikap dan pengalamannya berbeda dengan apa yang ia ketahui. Parahnya jika ia berani berdalih dengan mempelesetkan makna ayat demi kepentingannya tercapai. Naudzu billahi mun dzlik.

من ازداد علما ولم يزدد هدى لم يزد من الله إلا بعدا

Siapa saja yang telah bertambah ilmunya, namun tidak bertambah hidayah baginya niscaya tidak bertambah di sisi Allah kecuali ia akan semakin jauh.

Ketiga, tidak boleh ada keraguan terhadap al Qur'an, terhadap isi dan kandungannya. Misalnya ketika Allah mengharamkan bagi mukmim mengangkat orang kafir sebagai Auliyaai (pemimpin), maka jangan ragu dengan perintah itu sebab orang kafir jika memegang kepemimpinan atau kekuasaan akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi. Allah berfirman di surat al-Anfal ayat 73,

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ

Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.(QS. Al-Anfal : 73)

Kepada umat Islam Indonesia khususnya wilayah Jakarta, surat al Maidah ayat 51 berisi larangan memilih kafir sebagai gubernur kota jakarta, tidak ada keraguan pada ayat ini kecuali bagi orang-orang munafik. Kalaupun Auliyaau pada ayat itu dirubah artinya menjadi teman setia, sebagaimana keinginan kaum munafikin untuk meloloskan Ahok dari jerat hukum, tetap saja bermakna sama, sebaba jika orang kafir tidak boleh dijadikan teman, apatah lagi sebagai pemimpin. Ingatlah baik-baik firman Allah surat an-Nisa ayat 138-139. Sangat-sangat jelas bahwa yang mendukung dan memilih orang kafir sebagai pemimpin adalah kaum munafiq, dan bagi mereka azab yang sangat pedih.

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا * الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

_Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah._

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net