Rabu, 08 Maret 2017

Generasi Yang Kuat dan Di Percaya ( GENERASI QAWIYYUN AMIN )

GENERASI QAWIYYUN AMIN

      Sekitar 12 tahun lalu ada sebuah film yang cukup terkenal dengan judul "Kingdom of Heaven (2005)". Meskipun dibuat oleh non-muslim. Tapi, sedikit banyak mengangkat kebesaran kepemimpinan Islam di bawah Shalahudin al-Ayyubi.

Dalam sejarah Islam, Shalahudin al-Ayyubi merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran sangat penting dalam pengambilan alih Baitul Maqdis dari cengkraman kaum salib.
Seorang Shalahudin tentu bukanlah pemimpin yang tiba-tiba turun dari langit, melainkan produk dari sbuah generasi.
Al-Ghazzali, seorang ulama yang hidup pada masa keterpurukan Islam. Yaitu, ketika jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan pasukan salib.
Maka, ulama besar yang kemudian disebut dengan Hujjatul Islam Al-Ghazzali ini mengamati kondisi umat Islam pada waktu itu. Mengapa bisa sampai bisa sangat terpuruk dan puncaknya adalah jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan pasukan salib.
Beliau menemukan bahwa pada saat itu umat terpecah belah oleh fanatisme mazhab dan golongan. Fungsi ulama yang dulunya sebagai guru dan penasihat para penguasa, justru menjadi alat politik serta bawahan para penguasa, serta kecintaan pada harta menyebabkan perilaku menyimpang baik cara penggunaan maupun perolehannya.
Kemudian itu semua yang menimbulkan kerusakan ekonomi, sosial dan politik yang kemudian melemahkan Islam secara keseluruhan dalam menghadapi gempuran pasukan salib.

Menghadapi berbagai macam kerusakan yang terjadi pada saat itu, orang-orang yang tulus ingin menjaga agamanya pun menempuh berbagai macam cara.
Ada yang kemudian secara passif mengasingkan diri untuk menjauhi pengaruh buruk yang semakin kuat. Kemudian ada juga yang menjauh dari lingkungan yang penuh syubhat guna berbenah diri, mengevaluasi pemikiran dan konsepnya, lalu kembali ke tengah masyarakat untuk menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Cara yang ke dua inilah yang ditempuh oleh seorang Al-Ghazzali.
Al-Ghazzali kemudian berusaha untuk memproduksi generasi baru para ulama dan pendidik (Murabbi) . Menciptakan sistem baru dalam pendidikan dan pengajaran.

Minghidupkan misi amr ma'ruf nahi munkar, menyerukan keadilan sosial, mengingatkan pemerintah yang dzalim, serta memberantas pemikiran dan aliran-aliran sesat yang memang juga sudah ada pada saat itu.
Untuk merealisasikan semua itu, kemudian Al-Ghazzali membuat sistem pendidikan baru yang kemudian beliau terapkan di Madrasahnya.
Konsep pendidikan beliau inilah yang kemudian diteruskan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani di Madrasah Al-Qadariyah (Di Pusat Kota Bagdad) yang memfokuskan kegiatannya pada 3 hal:
Pertama pada upaya melahirkan lulusan yang siap memegang tampuk pimpinan perjuangan Islam serta menyebarkan misi amr ma'ruf nahi munkar.
Ke dua, membangun koordinasi antar madrasah dan yang ke tiga adalah membuat modul, strategi, program pendidikan dan dakwah.

Dari upaya penyiapan generasi baru yang sangat panjang. Melalui Madrasah-madrasah tersbutlah lahir pemimpin umat Nuruddin Zanki. Yaitu guru dari seorang Shalahudin Al-Ayyubi.
Setidaknya perlu waktu kurang lebih 90 tahun dari mulai dipersiapkannya para generasi baru sampai menghasilkan seorang Shalahudin Al-Ayyubi.
Suatu masa keterpurukan yang cukup panjang yang mendahului lahirnya generasi Shalahudin tersebut sangat mirip dengan apa yang sedang terjadi di zaman ini.
Kini umat Islam terpecah bukan hanya oleh fanatisme mazhab, golongan dan aliran saja, tapi juga oleh partai-partai politik.

Dampak dari perpecahan ini tentu berakibat sangat serius pada hubungan politik, sosial, peribadatan hingga pada ekonomi pula.
Kemudian kita menjadi terlalu lemah dalam melawan isu-isu yang seharusnya bisa dihadapi bersama, seperti perusakan aqidah, pemurtad-an, penguasaan umat oleh kekuatan di luar Islam baik di bidang politik, budaya, pemikiran dan yang paling dahsyat adalah di bidang ekonomi.

Sesungguhnya di negeri ini dulu sudah pernah diupayakan perubahan serupa dengan apa yang dilakukan oleh Al-Ghazzali yang kemudian melahirkan generasi Shalahudin, akan tetapi dalam tingkatan yang lebih sederhana.
Konon katanya, sekitar tahun 1500-an yang lalu, Sunan Kudus merumuskan suatu generasi yang disebut dengan generasi GUSJIGANG, yang artinya ber-akhlak baGUS, pinter ngaJi dan pandai berdaGANG ( Duh, kok dejavu ya :v )
Kalau toh penyiapan generasi sekaliber Shalahudin butuh waktu yang cukup panjang serta usaha yang luar biasa dari seluruh komponen umat yang ingin bersatu.
Barangkali kita bisa memulainya dengan apa yang bisa kita lakukan ( contohnya tulisan ini :v ) di lingkungan sekitar kita.

Mengajaka anak-anak dan remaja di sekitar untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi maksiat. diajari mengaji (serta pengamalannya tentunya) sambil juga diajari berdagang agar menjadi generasi yang Qawiyyun amin (kuat dan bisa dipercaya).
Maka Insyaallah perjalanan panjang perbaikan generasi juga bisa kita lakukan. Untuk selebihnya kita serahkan pada Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net