Sudah sejak ribuan tahun yang lalu, ketaatan Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam menjadi contoh bagi ketaatan umat2 sesudahnya, bahkan secara spesifik Allah memerintahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengikuti agama Ibrahim yang hanif (QS 16:123).
Kita juga diperintahkan untuk bersholawat kepada beliau beserta keluarganya, yaitu ketika tasahud awal dan akhir dalam setiap sholat kita.
Semoga sholawat yg selalu kita ucapkan tersebut menjadi wasilah buat kita untuk berkumpul bersama beliau di akhirat kelak. Aamiin..
Jadi, Insyaallah tidak akan ada habisnya kisah Ibrahim untuk dijadikan inspirasi.
Khususnya buat umat akhir zaman seperti kita sekarang ini.
Salah satu inspirasi tersebut adalah apa yang saya sebut pada judul tulisan ini, yaitu "Visi Ibrahim"
Bayangkan, ribuan tahun yang lalu, ketika Nabi Ibrahim A.S. meninggalkan istrinya Hajar dan Ismail A.S. kecil di lembah yang tandus dan belum berpenghuni, beliau sudah mem-visi-kan akan seperti apa lembah itu nantinya yang telah diabadikan dengan indah dalam Al-Qur'an:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (14:37)
Setelah Nabi Ismail A.S. mulai beranjak dewasa diajaklah ia untuk membangun dan membersihkan Ka’bah, kemudian Dia (Nabi Ibrahim A.S.) kembali berdo’a :
“… Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (2:126)
Di tengah padang yang sangat tandus dan belum bertuan, tetapi Nabi Ibrahim A.S. sudah mem-visi-kan daerah tersebut akan kaya akan bahan makanan (buah-buahan), didatangani oleh manusia dari berbagai penjuru dunia, serta akan menjadi negeri yang aman.
Visi Ibrahim A.S. tersebut kini bisa kita tengok di kota Mekah, yang mana tidak pernah kekurangan buah-buahan, tidak pernah sepi dari manusia serta jadi tempat paling aman di dunia.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah apabila di padang yang tandus, dan juga belum berpenghuni-pun Ibrahim A.S. bisa mem-visi-kan hingga ribuan tahun kedepan, bisakah kita meniru visi Ibrahim A.S. untuk negeri yang mayoritasnya adalah pengikut agama Ibrahim ini ? Insyaallah kita juga bisa.
Hal ini Insyaallah juga sudah di-visi-kan oleh para mujahid pejuang kemerdekaan negeri ini. Yaitu sebagai negeri yg baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur. Apa itu artinya? Search aja di Google :3
Hanya saja visi tersebut tidak tersambung ke umat serta para pemimpin berikutnya, maka yang kita rasakan saat ini adalah ibarat kata pepatah "jauh panggang dari api".
Di negeri ini, hampir segala macam tanaman bisa tumbuh dengan subur. Tapi pada kenyataannya kita malah mengimpor segala macam kebutuhan pangan dari luar (Lihat gambar ilustrasi). Sedih bukan? Apalagi di negeri yg katanya negara maritim ini harus mengimpor garam juga .
Kira-kira di mana salahnya? Saya khawatir salahnya ada pada diri kita masing2.
Karena kita kurang beriman dan bertakwa, sehingga tidak dilimpahkan olehNya berkah dari langit dan dari bumi (QS 7:96).
Mengapa kita yang menganut agama Ibrahim ini tidak bisa menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri, apalagi sebagai pemimpin seluruh manusia? Kenapa, jangan2 ada kedzaliman pada diri kita! :(
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim". (2:124)
Jadi, mari kita introspeksi diri masing2. Bila saat ini kita belum bisa memimpin dalam segala hal. Bisa jadi itu karena kedzaliman kita sendiri.
Banyakin istighfar yuk!
0 komentar:
Posting Komentar